Senin, 02 Juli 2012
Sabtu, 21 April 2012
Macam-Macam Kepribadian Anak
Kali ini kita akan membahas bagian yang tidak kalah pentingnya yaitu bagian tentang kepribadian, inilah dasar dari pembentukan karakter
seorang anak. Mengapa kita perlu membahas tentang kepribadian,
kepribadian adalah bagian dari diri manusia yang sangat unik dimana kita
memiliki kecenderungan yang cukup besar untuk merespon segala sesuatu.
Dengan memahami kepribadian anak berarti kita telah menyingkat waktu
kita untuk menebak-nebak, berusaha mengerti dan memahami anak
kita, kita bisa jauh lebih mudah untuk memahami seseorang anak dengan
memperhatikan tipologi kepribadiannya. Nah dalam artikel kali ini saya
akan menggunakan tipelogi kepribadian yang sangat banyak dipakai oleh
family terapis, oleh para HRD manager ataupun praktisi-praktisi di
sumber daya manusia untuk menganalisa kepribadian seseorang. Kepribadian
ini membagi manusia menjadi empat golongan besar yaitu korelis,
sanguinis, phlegmatis dan melankolis.
Koleris mewakili tipe
kepribadian yang tegas dan kemudian cenderung untuk memimpin, yah dia
adalah seorang pemimpin yang dilahirkan. Pemimpin yang dilahirkan secara
alamiah begitulah koleris. Ciri-cirinya To The Point, dia ingin segala
sesuatunya cepat dan dilakukan saat itu juga, dia tidak bertele-tele
tetapi pada titik ekstrimnya adalah dia bisa menjadi terlalu dominan dan
terlalu mengatur, terlalu mengontrol, sehingga orang lain bisa tidak
tahan. Dan kemudian dia ingin segala sesuatunya dilakukan dengan sangat
cepat kemudian bisa jadi dia lupa beberapa detail-detail tentang hal
penting yang harus dilakukan. Itulah tipe kepribadian koleris yang
sejati. Orang koleris akan berpakaian dengan praktis, simple, tidak
mementingkan model pakaian tetapi lebih mementingkan fungsi dari pakaian
itu. Dan orang koleris biasanya duduknya sangat tegak sekali dan ia
berjalan dengan sangat tegak dengan kepala terangkat ke atas. Pada
kenyataannya tiap kepribadian itu memiliki kadarnya masing-masing,
sangatlah kecil sekali kemungkinannya kita menemukan seseorang yang
koleris sejati. Artinya seratus persen koleris sementara di lain-lainnya
itu nol semuanya. Seorang anak yang koleris, biasanya memiliki motivasi
yang kuat dari dalam, istilahnya “ku tahu yang ku mau”. Jika ingin
mengarahkan mereka, tunjukan keuntungan bagi anak jika mereka melakukan
hal tersebut. Misal : “Jika kamu les bahasa inggris maka mudah bagi kamu
untuk memahami aturan dari permainan yang sering papa dan kamu lakukan,
masih banyak permainan serupa yang bisa kita mainkan”.
Jenis kepribadian yang berikutnya adalah Sanguinis.
Sanguinis adalah orang yang cerah, ceria, bisa mendengar suaranya jauh
sebelum melihat orangnya, heboh sekali dan jika memakai pakaian pakaian
biasanya berwarna cerah meriah dengan banyak sekali aksesoris, yah
sanguinis adalah orang yang senang menjadi pusat perhatian. Jika Anda
datang ke pesta dan melihat satu orang dikelilingi yang lain, bercerita,
semua terhibur dan tertawa, maka orang yang bercerita itulah seorang
sanguinis. Ya, sanguinis adalah pusat perhatian. Jika Anda melihat orang
sanguinis berpakaian cerah warna warni dan banyak aksesoris, dia tidak
akan risih dengan itu semua bahkan dia akan suka, karena dengan begitu
dia bisa menarik perhatian orang lain. Orang sanguinis akan berjalan
dengan gayanya yang ceria dan akan menoleh ke kanan kiri dan melempar
banyak senyum kepada orang-orang di sekitarnya. Seorang anak sanguinis
merupakan anak yang sangat senang sekali bermain dan berkumpul dengan
banyak teman-temannya. Senang dengan aktivitas “outdoor” atau
kebersamaan yang menyenangkan. Tentu mudah bagi Anda menerjemahkan
bahasa saya berkaitan dengan anak sanguinis.
Tipe koleris dan tipe sanguinis adalah
tipe yang Ekstrovert, tipe yang terbuka kepada orang. Orang sanguinis
begitu sangat terbukanya, sehingga bisa cerita tentang banyak hal kepada
orang lain dan kemudian bisa dengan mudah melupakannya. Orang sanguinis
dengan begitu mudahnya melupakan janjinya dan juga dengan begitu
mudahnya dia akan langsung minta maaf. Orang koleris tidak akan
melakukannya, dia akan gengsi untuk minta maaf kepada kita. Tapi mereka
dasarnya adalah orang-orang yang terbuka, orang-orang yang ekstrovert.
Berikutnya kita akan membahas bagian kepribadian yang Introvert yang
tertutup. Di bagian ini ada dua jenis kepribadian dua tipelogi
kepribadian yaitu Melankolis dan Phlegmatis.
Melankolis adalah
seorang yang rapi, biasanya tulisannya rajin, rapi, lengkap, detail
karena itu jika mereka kuliah catatan mereka biasanya akan dipinjam oleh
teman-temannya. Dan kemudian dia akan memiliki gaya dandan yang rapi,
tidak ada satu helai pun rambut yang tersisir keluar ok semuanya rapi
seperti diatur pada tempatnya. Seorang melankolis berpakaian selalu
sangat rapi sekali, dimasukkan dan suka warna warna yang memiliki
perpaduan warna yang cocok. Jadi tidak akan sembarangan, artinya dia
tidak akan memakai bawahan yang berwarna hijau dan kemudian atasnya
berwarna kuning cerah. Dia akan mempertimbangkan segala sesuatunya,
itulah orang melankolis. Jika memendam sesuatu bisa dipendam sangat
lama, ngambeknya bisa sangat lama sekali, tetapi orang melankolis sangat
detail, begitu suka dengan data-data dan fakta-fakta. Yah itulah
seorang melankolis. Ia begitu ahli di dalam perencanaan dan ahli di
dalam analisa. Ciri-ciri anak
melankolis yang sangat tampak adalah anak ini sangat teratur, suka
kerapian, seringkali saya jumpai mereka secara akademis adalah anak yang
cerdas dan pandai. Anak melankolis sangat suka “mengontrol” semuanya
sendiri. Terkadang menentukan pakaian yang akan dipakainya, makan apa
sore ini, dsb. Mereka terkadang suka mengingatkan kita, jika keluar
kamar lampu dimatikan, tv atau laptop dimatikan.
Kemudian kepribadian yang satunya lagi adalah Phlegmatis. Phlegmatis
adalah kepribadian yang suka melakukan segala sesuatu berdasarkan
urutan yang telah diberikan, jika memang sudah begini ya begini tidak
usah dipikirin yang lain lagi, yah pokoknya ikuti saja. Itulah
phlegmatis, tipe pengikut yang setia. Dia bisa tahan duduk berjam-jam
melakukan sesuatu berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan
dimana itu tidak mungkin bisa dilakukan oleh seorang yang koleris
ataupun seorang sanguinis. Mereka tidak akan tahan duduk berjam-jam,
berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan melakukan satu hal yang
sama berulang-ulang kali. Phlegmatis sangat cocok melakukan itu semua,
sangat setia dan bisa dipercaya untuk memegang rahasia. Itulah orang
phlegmatis, mereka sangat mudah diatur mereka sangat toleran. Jika Anda
punya anak phlegmatis, Anda bisa mengatakan “nak sekarang makan ya”,
“ya” kalau Anda sibuk, Anda bisa mengatakan “nak, sekarang Mama lagi
sibuk, nanti aja makannya ya”, “iya” anak phlegmatis tidak akan menuntut
Anda. Itu akan sangat berbeda dengan anak koleris “nak makannya nanti
ya”, “tidak! Aku maunya sekarang” itulah anak koleris. Anak phlegmatis
biasanya cenderung diam dan mengalah. Mereka sering menghindari konflik
dan seringkali merelakan peralatan tulisnya untuk dipinjam dan tak
jarang terkadang merasa “ngga enak” untuk memintanya.
Sekarang Anda telah mengetahui tipologi
koleris, sanguinis, melankolis dan phlegmatis nah satu hal yang perlu
kita ketahui adalah tidak ada satupun tipologi kepribadian ini yang
lebih baik daripada lainnya. Artinya kita semua mempunyai kadar dari
keempat tipologi kepribadian ini. Di dalam diri kita ada unsur
melankolis, ada unsur phlegmatis, ada unsur koleris dan ada unsur
sanguinis-nya. Hanya saja di bagian mana kita dominan dan itu yang membentuk
kita, itu yang membedakan kita dari yang lainnya. Nah variable atau
kadar perbedaan dari setiap kepribadian ini membuat kita menjadi begitu
unik. Tak ada satu orangpun yang memiliki komposisi yang sama, semuanya
begitu berbeda. Dan satu hal yang paling penting, adalah seperti yang
tadi saya katakan bahwa tidak ada yang baik, tidak ada yang buruk
disini. Yang ada adalah pada saat kita tidak menyadari berhadapan dengan
siapa dan kemudian kita tidak bisa menjalin suatu komunikasi, itu
karena kita tidak bisa memahami persepsinya.
Sumber: http://www.pendidikankarakter.com/macam-macam-kepribadian-anak/
Cara Terbaik Memahami Anak
Banyak orangtua dan guru yang mengikuti seminar saya berkomentar “Oke, teknik
yang Anda berikan untuk mengatasi problematika anak sangat bagus. Tapi, saya
tidak yakin bisa menerapkan apa yang telah Anda ajarkan” lalu tanya saya “Apa
sebabnya?”, “Pertama saya tidak disukai anak, berikutnya bagaimana
mengkomunikasikan pada mereka ?”. Jelas ini adalah masalah, tapi tenang ada
cara bagaimana memahami perilaku anak. Tapi sabar dahulu sebab ada bagian yang
harus Anda pahami dahulu.
Banyak dari orangtua dan guru bertanya dalam pikiran mereka sendiri :
- Mengapa anak saya tidak peduli dengan masa depannya?
- Mengapa mereka melakukan hal-hal yang tidak masuk akal (guru dan orangtua)
- Mengapa mereka tidak mau mendengarkan walupun sudah diingatkan berkali-kali?
- Mengapa anak saya membiarkan dirinya dipengaruhi oleh hal-hal negatif dari teman-temannya yang tidak berguna?
Nah, pertanyaan utama : bagaimana memahami perilaku
dan pemikiran mereka?
Jawabanya adalah EMOSI mereka. Emosi sangat menguasai logika berpikir mereka anak-anak dan
remaja. Remaja dan anak-anak jauh lebih banyak didorong oleh perasaan mereka
daripada pemikiran yang baik untuk mereka. Dengan mengetahui hal ini, maka
sia-sia upaya kita mengkuliahi mereka seharian. Membombardir pikiran mereka
dengan nasehat positif, menjadikan diri kita motivator dadakan didepan mereka
tidak akan mempan. Justru membuat anak bertambah “sebal” dengan kelakuan
kita. komentar atau nasihat seperti : “kamu harus giat belajar”, “jangan buang waktumu dengan bermain terus”,
“jaga kebersihan dikamarmu”, kecuali bila kita sudah terlebih dahulu
mengenali perasaan mereka.
Dalam kondisi emosi yang negatif seorang anak tidak dapat menerima input dan
nasehat bahkan titah sekalipun yang dapat mengubah perilaku mereka. Berbeda
hasilnya jika kita mampu mengerti dan mengenali perasaan emosi mereka terlebih dahulu maka mereka akan terbuka dan
mendengarkan saran logis dari kita. Anak–anak dan remaja akan melakukan sesuatu
jika membuat mereka merasa nyaman atau enak di rasanya atau hatinya.
Sebelum melangkah lebih jauh, kita akan belajar bersama, bagaimana reaksi kita dalam menghadapi
masalah anak. Seringkali jika ada masalah maka yang ada dibenak kepala kita
umumnya ada 3 hal, yaitu :
1. Memberi Nasihat, misal: “saya tadi berkelahi
dengan Agus, disekolah”, respon kita pada umumnya “apa-apaan kamu ini
sekolah bukan tempat belajar jadi tukang berantem, hanya penjahat yang
menyelesaikan masalah dengan berantem”
2. Menginterogasi, misal: “Hp saya hilang di sekolah” respon kita pada umumnya “kamu
yakin bukan kamu sendiri yang menghilangkan? Yakin kamu tidak lupa, coba
diingat kembali”
3. Menyalahkan dan menuduh, misal: “tadi Edo
dihukum karena tidak mengerjakan PR” respon kita pada umumnya “dasar
anak malas, mulai hari ini kamu harus lebih disiplin dan perhatikan tugas
disekolah”.
Setelah melihat ketiga contoh diatas, tidak ada satu
ruang pun untuk mengakui perasaan atau emosi anak, betul? Seringkali kita ini hanya memberikan
masukan tanpa mau mendengar apa yang sebenarnya terjadi (lebih tepatnya
perasaan apa yang terjadi pada diri anak kita). Ketika emosi seorang anak diabaikan mereka akan lebih marah dan
benci. Selama ini mereka berada dalam keadaan emosi negatif, semua nasihat-nasihat maksud baik kita tidak
akan digubris, malah akan di “gubrak”.
Cara terbaik untuk memahami anak kita adalah, mengakui
emosinya (kenali emosinya) dan beri mereka kekuatan untuk menemukan solusi atas
masalah mereka sendiri. Caranya adalah:
1. Dengarkan mereka 100%, tatap matanya dengan tatapan
datar atau sayang. (Berikan perhatian dan pengakuan)
Terkadang yang dibutuhkan anak hanya didengar saja, bukan solusinya. Hanya memberikan perhatian 100% kita bisa terkejut, ternyata anak mau terbuka dan mau berbagi pikiran dan perasaan. Hanya dengan berkata “hmm.. okay, begitu ya.. lalu..” Walau nampaknya sederhana, jujur ini sulit bagi kita orangtua yang terbiasa mau ambil jalur cepat alias memberikan solusi dan menyelesaikan masalah. Ketika hal itu kita lakukan, anak akan menutup diri dan menghindar bicara kepada kita. Anak hanya akan meyatakan pikiran dan perasaan yang sejujurnya tanpa takut dihakimi.
Terkadang yang dibutuhkan anak hanya didengar saja, bukan solusinya. Hanya memberikan perhatian 100% kita bisa terkejut, ternyata anak mau terbuka dan mau berbagi pikiran dan perasaan. Hanya dengan berkata “hmm.. okay, begitu ya.. lalu..” Walau nampaknya sederhana, jujur ini sulit bagi kita orangtua yang terbiasa mau ambil jalur cepat alias memberikan solusi dan menyelesaikan masalah. Ketika hal itu kita lakukan, anak akan menutup diri dan menghindar bicara kepada kita. Anak hanya akan meyatakan pikiran dan perasaan yang sejujurnya tanpa takut dihakimi.
Ketika kita biarkan anak mengungkap emosi dan pikirannya dengan bebas (saat kita ada untuk memberi
dukungan emosional), kita akan melihat mereka dapat menemukan solusi sendiri
untuk permasalahan mereka. Kelebihan lainnya dari pendekatan ini adalah anak
akan mengembangkan rasa percaya diri untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan
menghadapi tantangan – tantangan hidup.
Misal : “saya tadi berkelahi dengan Agus,
disekolah”, respon kita “apa yang terjadi? Lukamu pasti sakit sekali
yah.. oh, okay”
2. Mengenali dan mengambarkan emosi.
Perlu bagi kita sesaat untuk mempelajari makna dari emosi, karena ini penting bagi kita untuk bisa mencerminkan emosi anak dan mengerti dengan pasti apa yang mereka rasakan. Dengan dimengertinya perasaan mereka, maka mudah bagi mereka untuk terbuka dan bicara tentang masalah mereka. Berikut adalah emosi yang umumnya dialami oleh manusia.
Perlu bagi kita sesaat untuk mempelajari makna dari emosi, karena ini penting bagi kita untuk bisa mencerminkan emosi anak dan mengerti dengan pasti apa yang mereka rasakan. Dengan dimengertinya perasaan mereka, maka mudah bagi mereka untuk terbuka dan bicara tentang masalah mereka. Berikut adalah emosi yang umumnya dialami oleh manusia.
Nama Emosi dan Makna-nya :
- Marah – Merasakan adanya ketidakadilan
- Rasa bersalah – Kita merasa tidak adil terhadap orang lain
- Takut – Kita diharapkan antisipasi karena sesuatum yang tak diinginkan bisa saja terjadi
- Frustrasi – Melakukan sesuatu berulangkali dan hasilnya tak sesuai harapan artinya kita harus cari cara lain
- Kecewa – Apa yang diinginkan tidak bisa terwujud
- Sedih – Kehilangan sesuatu yang dirasa berharga
- Kesepian – Kebutuhan akan relasi yang bermakna bukan hanya sekedar berteman
- Rasa tidak mampu – Kebutuhan untuk belajar sesuatu karena ada sesuatu yang tak bisa dilakukan dengan baik
- Rasa bosan – Kebutuhan untuk bertumbuh dan mendapatkan tantangan baru
- Stress – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
- Depresi – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
Baiklah kita mulai dengan satu kasus, jika anak Anda
datang kepada Anda dan berkata “Joni tidak mau bermain bola dengan ku”
apa jawab Anda? “Sini main sama papa/mama, maen sama yang lain saja ya atau
ya sudah.. maen sendiri saja”. Ketiga jawaban ini sekilas adalah jawaban
klasik, dan memang dibenarkan karena sering dipakai. Pertanyaan saya ada Emosi apa dibalik kata-kata anak tersebut? Betul!! KECEWA,
KESEPIAN, nah kalau begitu responnya bagaimana? “Hmm.. nak kamu
pengen banget ya maen sama Joni?” atau “Hmm.. kamu kesepian yah, pengen
main ya?” lalu tunggu responnya, biasanya anak akan bercerita panjang
lebar, kemudian solusi sebaiknya diserahkan kepada anak, caranya “lalu apa
yang bisa Papa/Mama bantu buat kamu? Mau maen sama Papa/Mama? Atau ada ide
lain?” Biarkan anak memilih solusi terbaik bagi dirinya. Hafalkan tabel
diatas dan gunakan untuk berkomunikasi dengan anak, pahami seiap kasus yang
dialami anak.
Dengan turut mengerti perasaan emosi anak dan membiarkan menemukan solusi masalahnya sendiri
maka anak akan merasa dipahami dan nyaman. Serta akan tumbuh rasa percaya diri
dilingkungan yang menghargai dia. Dan berikutnya akan mudah bagi anak untuk
terbuka terhadap orangtuanya, dan sikap saling percaya antara orangtua dan anak
akan terbentuk dengan baik.
Sampai kini, kita telah belajar bagaimana caranya agar anak terbuka dan percaya pada
kita, betul? Berikutnya bagaimana caranya mengarahkan? Caranya setelah kita
mendengar dan mengerti perasaan dan emosi anak, serta menanyakan solusi terbaik menurut anak (jika
anak sudah mampu berpikir untuk solusi) tanyakan “bolehkah Papa/Mama usul?”
setelah ada ijin dari anak maka berikan masukan yang Anda rasa paling mujarab.
Terkadang cara pandang anak tidak sama dengan orangtua, kita tahu jika anak
memilih solusi yang kurang tepat (menurut orangtua) dengan nilai, norma yang
berlaku di lingkungan sosial maka kita bisa “menggiringnya” dengan mudah
karena langkah 1 dan 2 sudah dilakukan. Tentunya dengan model komunikasi yang
sopan dan tetap menghargai anak.
Pintu gerbang kekerasan hati anak akan terbuka lebar
saat kita mau menerima dan mengerti anak kita, dan anak akan mempersilahkan
kita masuk dan bertamu didalam lubuk hatinya yang paling dalam. Ditempat itulah
kita dapat meletakan pesan, arahan dan masukan positif bagi kebaikan masa depan
anak.
Saya paham cara ini butuh waktu, semua solusi cerdas
untuk meningkatkan kualitas keluarga butuh waktu. Ada namanya “waktu tunggu”
untuk suatu hasil yang istimewa. Masakan yang enak dan sehat butuh waktu dan proses didapur, tidak sekian detik jadi. Nah kualitas apa yang
kita mau untuk keluarga kita?
Sumber : http://www.pendidikankarakter.com/cara-terbaik-memahami-anak/
Langganan:
Postingan (Atom)